Homo Soloensis : Ciri-Ciri, Hasil Budaya Dan Daerah Tinggal

Mempelajari sejarah mengenai manusia purba dan peninggalannya sangatlah menarik dan menantang. Disamping peninggalannya yang berjumlah sedikit dan peristiwa di masa lalu proses kembang biak umat manusia yang terbilang unik. Sejarah mencatat ada banyak kelompok atau jenis manusia purba yang lahir di berbagai belahan dunia. Salah satunya yaitu kelompok manusia Homo Soloensis.

Baca juga : Homo Wajakensis

Masih ingatkah Anda mengenai manusia purba ini?, jenis manusia purba satu ini memang masih tergolong dengan manusia purba jenis homo wajakensis. Hanya sedikit letak perbedaannya. Sebelum membahas langsung tentang Homo Soloensis, mari kita simak pengertian dari kata homo itu sendiri. Homo disini bermakna manusia purba yang mendekati bentuk manusia sempurna atau lebih sempurna dibandingkan dengan jenis manusia purba Meganthropus ataupun Pithecantropus.

Homo Soloensis : Ciri-Ciri, Hasil Budaya Dan Daerah Tinggal

Manusia purba jenis ini memiliki ciri yaitu mereka dalam sehari – harinya untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan cara berburu dan menggunakan peralatan dari batu yang berupa kapak, alat – alat serpih, dan juga alat – alat lain yang terbuat dari tulang seperti contohnya peralatan ujung tombak, juga alat pengorek ubi serta keladi.

Pengertian Manusia Homo Soloensis

Pengertian Manusia Homo Soloensis
Pengertian Manusia Homo Soloensis

Sejarah mengenai manusia Homo Soloensis, yang bermula di tahun antara 1931-1934, seorang ahli purbakala bernama G.H.R. Von Koeningswald, Oppenoorth, serta Ter Haar menemukan beberapa fosil manusia purba di sebuah Lembah yang berada di Sungai Bengawan Solo di dekat Desa Ngadong dan di sebuah daerah Blora juga Sragen, Jawa Tengah. Manusia purba jenis ini yang berasal dari Lembah Bengawan Solo yang dinamakan dengan manusia homo soloensis atau manusia purba dari Solo. Fosil yang ditemukan yaitu berupa peninggalan dalam bentuk tengkorak , tulang rahang, dan gigi.

Baca juga : Wa web

Berdasarkan ari penelitian yang sudah dilakukan, manusia purba ini juga memiliki tingkatan yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan jenis Pithecanthropus Erectus. Dan menurut perkiraannya, homo soloensis juga merupakan evolusi dari Pithecanthropus Mojokertensis.

Baca juga : Pengertian Demokrasi Pancasila

Bahkan beberapa ahli menjelaskan jika manusia purba ini termasuk dalam kategori Homo Neanderthalensis yang merupakan manusia purba dari jenis Homo Sapiens yang berasal dari Asia, Eropa, dan Afrika. Fosil homo soloensis juga ditemukan pada lapisan Pleistosen tepatnya di bagian Atas. Manusia homo soloensis diprediksi hidup sekitar abad ke 900 .000 hingga 300.000 tahun silam.

Ciri – ciri Manusia Homo Soloensis

Ciri - ciri Manusia Homo Soloensis
Ciri – ciri Manusia Homo Soloensis

Berikut ciri dari manusia homo soloensis berdasarkan hasil penelitian terhadap fosil yang ditemukan:

  •  Memiliki volume otak antara 1000 sampai 1200 cc
  • Otak kecil dari homo soloensis berukuran lebih besar dibanding otak kecil pada manusia Pithecanthropus Erectus
  • Tengkorak kepala berukuran lebih besar jika dibandingkan dengan Pithecanthropus Erectus
  • Memiliki Tinggi badan sekitar 130 – 210 cm
  • Otot pada tengkuk yang mengalami penyusutan
  • Bentuk muka tidak menonjol ke depan
  • Tonjolan pada kening agak terputus di tengah tepatnya di atas hidung
  • Sudah bisa berdiri tegak serta berjalan lebih sempurna
  • Bentuk fisiknya hampir seperti manusia saat ini
  • Berat badannya sekitar 30 – 150 kg
  • Hidup sekitar antara 40.000 – 25.000 tahun yang lalu

Berikut ini beberapa contoh dari hasil budaya yang ditemukan dari manusia Homo Soloensis:

Contoh dari hasil budaya

Contoh dari hasil budaya Soloensis
Contoh dari hasil budaya Soloensis

1. Kapak genggam

Memiliki fungsi sebagai alat untuk memotong, menetak bahan kebutuhan sehari – hari, menggali umbi,memotong, dan menguliti binatang. Cara menggunakannya dengan cara digenggam. Banyak ditemukan di daerah Pacitan. Biasanya dikenal dengan istilah “ chopper “

Baca juga : Arti Lambang Pancasila

2. Kapak Perimbas

Yang berfungsi untuk merimbas kayu,memahat tulang dan sebagai senjata berburu.  Ditemukan di Gombong JawaTengah, Sukabumi Jawa Barat, lahat Sumatra selatan, dan GoaChoukoutieen  di Beijing. Paling banyak ditemukan di daerah Pacitan, Jawa Tengah

3.  Alat serpih

Alat perkakas yang terbuat dari pecahan batu kecil. Yang memiliki fungsi sebagai alat penusuk, pemotong daging dan pisau. Alat ini banyak ditemukan di daerah Sangiran, Sragen, Jawa tengah, dan masih tergolong ke dalam kebudayaan Ngandong.

4. Peralatan yang terbuat dari tulang

Alat ini ditemukan di daerah Ngandong dekat dengan Ngawi, Jawa Timur. Alat yang digunakan sebagai alat penusuk, pengorek, dan dijadikan sebagai mata tombak. Kebanyakan alat yang terbuat dari tulang, tanduk ini digunakan oleh manusia purba sebagai perlengkapan sehari – hari.

Karena kegunaan alat tersebut yang digunakan untuk berburu, berkebun dan juga mengumpulkan makanan. Dari hasil budaya tersebut para ahli berpendapat jika manusia homo soloensis hidup dengan cara berpindah pindah tempat atau nomaden.

Baca juga : Contoh Surat Kuasa

Alat yang terbuat dari batu juga digunakan pada zaman batu tua yang masih sangat kasar. Sebab teknik pembuatannya masih sederhana. Alat batu ini dibuat dengan cara membenturkan antara batu satu dengan batu yang lainnya. Pecahan batu yang menyerupai bentuk kapak yang digunakan sebagai alat untuk memotong dan membelah. Berdasarkan dari nama tempat penemuannya, hasil kebudayaan zaman batu tua ini di Indonesia sendiri dibagi menjadi 2 bagian yaitu, kebudayaan Pacitan dan juga kebudayaan Ngandong.

Dari ciri dan penjelasan mengenai homo soloensis diatas dapat disimpulkan bahwa karakteristik morfologinya mirip dengan manusia modern saat ini. Dilihat dari bentuk struktur muka manusia purba dari jaman ke jaman sampai sekarang yaitu penyusutan dan juga pelebaran. Banyak terdapat penyusutan di bagian rona mata dan hidung yang menyusut dan mengalami penurunan ke arah bawah. Sehingga dibagian dahi mengalami sedikit pelebaran. Untuk bagian samping alis atau bagian pelipis juga mengalami pengurangan tonjolan.

Baca juga : Pemahaman Bahasa

Diperkirakan kehidupan manusia homo soloensis hidup di pada zaman pleistocen atas. Pleistocen atas yang merujuk pada lapisan tanah yang menyimpan banyak bukti kebudayaan di zaman palaeolithikum akhir yang berlangsung antara 126 ribu – 11 ribu tahun yang lalu. Pada saat itu es kutub utara meluas dan menutupi daratan – daratan di belahan bumi sebelah utara. Hal tersebut berdampak pada turunnya permukaan air laut China Selatan sampai kedalaman 70 meter. Kondisi itu terus bertahan hingga berakhirnya zaman ini yang mengakibatkan garis pantai Sunda yang tidak banyak berubah dan membuat lalu lintas dengan benua Asia tetap ramai dan padat.

Jika dari hasil peninggalan kebudayaannya  seperti flakes/ perkakas serpih, dan tanduk rusa yang ditemukan di Blora, makhluk ini masih mengandalkan alam sebagai tempat untuk melangsungkan kehidupannya dengan cara berburu dan meramu makanan. Jadi kehidupan untuk tempat tinggal mereka dibilang tidak menetap.

Beberapa Daerah Tempat Jenis Purba

Beberapa Daerah Tempat Jenis Purba
Beberapa Daerah Tempat Jenis Purba

Dari hasil peninggalan juga ditemukan di berbagai daerah di Indonesia, manusia purba jenis ini ternyata pernah ada di beberapa wilayah, diantaranya yaitu:

  • Sumatera
  • Kalimantan
  • Sulawes
  • Bali
  • NTB
  • NTT
  • Halmahera

Ternyata pada zaman manusia purba homo soloensis ini dikenal dengan adanya budaya Ngandong. Budaya ini berasal atau ditemukan di dekat fosil manusia purba, Homo Wajakensis di daerah ngandong dan juga Homo Soloensis yang telah ditemukan di daerah Ndirejo, Sragen, Jawa Tengah.

Baca juga : Sejarah Indonesia

Dari penemuan tersebut, para ahli menyimpulkan jika kebudayaan ngandong itu berasal dari dua spesies manusia purba yaitu dari :

  • Homo soloensis
  • Homo wajakensis

Dari hasil kebudayaan ngandong yang ditemukan di atas telah dimuseumkan dengan tujuan untuk menjadikan bukti zaman praaksara itu benar ada dan masyarakat bisa melihat juga belajar dari sejarah yang ada di Indonesia.

Berdasarkan dari penemuan yang ada dapat disimpulkan bahwa pendukung kebudayaan Pacitan berasal dari Picthecanthropus Erectus. Sedangkan pendukung kebudayaan Ngadong adalah dari manusia homo soloensis dan manusia homo wakakensis.

Kehidupan Sosial

Berdasarkan penemuan alat – alat Paleolithik, dapat disimpulkan bahwa manusia purba pendukung zaman batu tua hidup dengan cara berburu untuk mengumpulkan makanan. Mereka juga hidup dengan cara menangkap ikan di sungai.

Kepercayaan

Kepercayaan
Kepercayaan

Manusia purba zaman ini mulai mempercayai adanya zat yang lebih kuat dibanding dengan apa yang mereka miliki. Manusia purba homo soloensis melakukan beberapa upacara agama dan mulai membangun beberapa tempat ibadah dengan bentuk yang sederhana.

Demikian beberapa penjelasan mengenai sejarah manusia purba homo soloensis yang bisa Anda ketahui.